Twincle Summer Program Summer 2024 Chiba University: Sebuah Catatan Pengalaman di Dunia Baru
Agil Akbar Fahrezi
Magister Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Pada bulan akhir Juli 2024 mahasiswa dari berbagai universitas dan negara berpartisipasi dalam kegiatan Twin College Envoys Program (TWINCLE) yang dilaksanakan oleh Chiba University, Jepang. Salah satu peserta kegiatan tersebut adalah Agil Akbar Fahrezi, mahasiswa dari Magister Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Beliau merupakan salah satu dari 4 mahasiswa dari Indonesia yang mengikuti kegiatan tersebut, dimana ketiga mahasiswa lain berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia, dan Institut Teknologi Bandung.
Program TWINCLE merupakan program yang terdiri dari berbagai kegiatan, mulai dari pengenalan budaya dan sejarah Jepang, pemaparan penelitian dari berbagai bidang, workshop Sustainable Development Goals (SDGs), kelas dari berbagai laboratorium, serta kegiatan – kegiatan ekskursi. Bagi Agil Akbar Fahrezi, kegiatan ini merupakan kesempatan pertamanya untuk melakukan perjalanan internasional, sehingga memberikan suatu kesan eksplorasi dunia baru yang penuh kesempatan. Beliau juga merupakan mahasiswa semester 4, sehingga bersemangat untuk memaparkan bagian dari riset tesis yang beliau lakukan.
Kegiatan Twincle dimulai dengan pengenalan dan arahan yang diberikan oleh dosen dan asisten dosen di kantor program Twincle. Pengenalan ini meliputi perkenalkan setiap peserta, dan kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan selama satu minggu. Setelah kegiatan ini selesai, peserta diarahkan untuk melakukan kegiatan pengenalan bersama mahasiswa dari Chiba University. Pengenalan ini meliputi perlombaan dalam bentuk kelompok untuk membuat ‘menara’ yang tinggi menggunakan selotip, spageti mentah, dan tali dengan marshmellow diatasnya. Kegiatan ini memacu peserta untuk melakukan brainstorming dalam menentukan struktur yang paling kokoh serta tinggi. Kegiatan ini juga membantu dalam melatih kerja sama karena waktu yang diberikan untuk membuat Menara ini hanya 18 menit. Berbagai jenis struktur berhasil dibuat oleh peserta, dengan berbagai tingkat kesuksesan. Beberapa kelompok berhasil membuat Menara yang tinggi, namun tidak bertahan lama. Sedangkan kelompok lain berhasil membuat Menara yang tidak terlalu tinggi namun berhasil bertahan lama. Kegiatan ini ditutup dengan makan Bersama dan berbincang – bincang secara kasual.
Pada hari kedua, peserta diajak untuk mengunjungi Japan Natural History Museum dan Samurai Residence di kota Sakura, Prefektur Chiba. Perjalanan dilakukan dengan menggunakan kereta dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit. Suatu kultur yang mungkin terdengar biasa saja dari Masyarakat Jepang adalah berjalan kaki. Berbeda dari Masyarakat Indonesia yang menggunakan kendaraan bermotor untuk mobilisasi, Masyarakat jepang memilih berjalan kaki atau menggunakan sepeda. Meskipun perjalanan ini cukup melelahkan, perjalanan sangat dinikmati, karena dibarengi dengan obrolan dengan sesama rekan mahasiswa yang sangat menyenangkan. Museum yang dikunjungi memberikan sudut pandang baru terhadap kehidupan Masyarakat jepang mulai dari zaman prasejarah sampai zaman modern.
Selain itu, peserta juga diajak untuk belajar memainkan alat music tradisional jepang dan menulis huruf kanji. Setelah mengunjungi museum, perjalan dilanjutkan untuk mengunjungi rumah Samurai. Rumah ini merupakan rumah tradisional jepang yang sempat dihuni oleh para samurai sebelum periode restorasi meiji. Rumah ini memberikan kesan pedesaan jepang yang sangat kental dan tradisional. Setelah kegiatan selesai, peserta dibebaskan untuk Kembali hotel atau melanjutkan berjalan – jalan Bersama mahasiswa Chiba University. Oleh karena itu, perjalanan dilanjutkan untuk mengunjungi kota Narita, yang merupakan kota yang sering disinggahi oleh wisatawan sebelum pulang dari Jepang. Narita juga memiliki tempat wisata yang cukup kental dengan budaya Jepang, yaitu kastil Naritasan. Kastil ini berperan sebagai tempat wisata sekaligus tempat suci bagi Masyarakat Jepang, dimana warga berdatangan untuk melakukan penghormatan kepada dewa. Kegiatan hari kedua ditutup dengan makan malam dengan makanan khas jepang, yaitu Sushi.
Kegiatan pada hari ketiga merupakan International Research Session dan SDGs Workshop. Kegiatan pemaparan riset merupakan kesempatan untuk semua peserta program twinkle untuk memaparkan riset yang dilakukannya. Selain itu, pemaparan riset juga dilakukan oleh beberapa siswa tingkat SMA dari berbagai sekolah. Satu hal yang cukup unik adalah siswa SMA di jepang telah menyusun suatu riset yang unik dan tidak terpikirkan oleh seorang mahasiswa. Sebagai contoh, terdapat salah satu mahasiswa yang menyusun riset tentang pengaruh music jepang terhadap persepsi dan rasa penderngarnya. Peneliti tersebut mengubah music menjadi suatu seri angka yang dapat dianalisis secara kuantitatif. Hal ini cukup menarik dan diluar nalar karena dilakukan oleh seorang siswa SMA, suatu hal yang jarang terdengar di lingkup pendidikan Indonesia.
Setelah sesi ini selesai, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi mengenai tujuan ke 6 SDGs (Ensure access to water and sanitation for all). Hal yang menarik dari sesi ini adalah Indonesia beberapa kali digunakan sebagai studi kasus untuk beberapa bentuk sanitasi yang tidak bersih, khususnya praktik penggunaan septic tank yang tidak efektif dan toilet terapung. Setelah sesi pemaparan selesai, peserta dikelompokkan menjadi kelompok yang terdiri dari peserta twincle, mahasiswa Chiba University, dan siswa SMA. Pada sesi ini, peserta akan ditugaskan untuk menggambar sesuatu yang mencerminkan tujuan ke 6 SDGs, kemudian melakukan brainstorming untuk membuat poster mengenai permasalahan dan solusi terhadap tujuan ini. Meskipun terdapat kendala dalam berbahasa, komunikasi masih dapat dilakukan dengan fasilitator yang cekatan.
Pada hari keempat sampai dengan hari kelima, kegiatan diisi oleh eksperimen dari berbagai laboratorium yang ada di Chiba University. Eksperimen ini meliputi eksperimen polymerase chain reaction (PCR), mengamati sel darah putih, programming sederhana menggunakan komputer mini, olahraga bersama, dan pengamatan sell tanaman. Hal yang paling menarik adalah kunjungan kepada Josaphat Microwave Remote Sensing Laboratory (JMRSL) dan Center of Environmental Remote Sensing (CEReS). Laboratorium ini dinamai berdasarkan Prof Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, seorang keturunan Indonesia yang menjadi profesor secara permanen di Chiba University. Prof. Josaphat merupakan peneliti dan dosen yang sangat terkenal, dimana beliau telah menciptakan sensor – sensor radar yang telah diaplikasikan oleh berbagai sektor.
Beliau mengajak mahasiswa twincle untuk mengunjungi prototipe radar yang dimilikinya serta kunjungan kepada sensor antena radar yang revolusioner dalam bidang penginderaan jauh sistem aktif. Suatu hal yang unik dari beliau adalah beliau senantiasa memberikan nasehat yang dapat diterapkan pada seluruh aspek kehidupan. Belia sungguh menjadi teladan dari segi pencapaian akademik maupun segi kerendahan hati sebagai seorang manusia. Selain itu, kami juga diberikan presentasi oleh mahasiswa Chiba University tentang praktik ilmu pengetahuan alam yang sederhana, namun menarik dan baru bagi sebagian besar peserta. Kegiatan ini merupakan bentuk latihan mahasiswa Chiba University yang akan melakukan kegiatan serupa di Thailand pada bulan september mendatang.
Hari ketujuh tiba, hari tersebut merupakan hari terakhir dalam program Twincle periode musim panas 2024. Hari diawali dengan berkumpul bersama seluruh peserta dan mahasiswa Chiba University, dimana pada saat itu, kami saling berbagi kenang – kenangan. Kegiatan kemudian dilanjut dengan presentasi kesan dan refleksi yang didapatkan selama berkegiatan di Jepang. Kegiatan ini sungguh emosional karena dalam waktu 7 hari, pengalaman yang tak terlupakan telah terbentuk dengan sempurna, dan pengalaman tersebut harus berakhir pada hari tersebut. Kehangatan yang diterima oleh peserta Twincle juga menjadi suatu hal yang menjadikan pengalaman tersebut sungguh berkesan. Baik mahasiswa maupun dosen yang berpartisipasi dalam program ini sungguh memberikan cerminan masyarakat Jepang yang sangat ramah, toleran, dan maju. Setelah presentasi selesai, kami diberikan suatu piagam penghargaan. Kegiatan kemudian dilanjut dengan makan bersama serta perbincangan kasual.
Bagi saya, pengalaman ini merupakan pengalaman yang terasa terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Tidak terbayang sebelumnya saya mampu melakukan perjalanan ke negara lain sendiri dan bertemu dengan rekan – rekan dari berbagai negara. Melalui kegiatan ini, saya didorong untuk mengutarakan pendapat saya dalam forum internasional dengan rekan sesama mahasiswa dan dosen yang sangat luar biasa. Dengan mengenal mahasiswa dan dosen dari berbagai bidang, jejaring yang saya miliki kini lebih luas dan menjangkau berbagai disiplin ilmu. Kegiatan ini juga memberikan kesempatan bagi saya untuk mengenal ilmu baru, ilmu yang mungkin tidak akan pernah saya dapatkan karena perbedaan minat dan jurusan. Selain itu, kehidupan di negara maju ini memberikan sedikit dorongan bagi saya untuk bertanya, ‘Kenapa ini tidak ada di Indonesia?’. Berbagai fasilitas umum, norma, dan kebijakan yang bermanfaat bagi khalayak umum saya temukan di Jepang, dimana hal – hal tersebut tidak ada di Indonesia. Hal ini menjadi motivasi dan pengingat bahwa Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
Keramahan yang saya rasakan memberikan babak baru dalam kehidupan saya, kehidupan studi magister yang sebelumnya sedikit monoton, kembali hidup dan berkesan setelah pengalaman tersebut. Pengalaman ini memberikan semangat baru dan membuka wawasan baru, yang selama ini hanya terbatas kepada kampung halaman. Saya juga dipertemukan dengan mahasiswa Chiba University yang sangat disiplin dan ramah serta menjadi panutan dan contoh yang baik bagaimana kehidupan di negara yang maju. Saya harap dapat berjumpa lagi dengan mereka pada kesempatan dan waktu yang lebih baik. Terkahir, saya mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam program ini, khususnya Prof. Projo Danoedoro dan Prof. Muhammad Kamal selaku dosen pembimbing saya, Mba Dyah Fitria Dewi (Pipit) yang memberikan penawaran dan bantuan dalam partisipasi kegiatan ini, Ibu saya serta keluarga yang memberikan dorongan emosional dalam kegiatan ini, Konoka Tada, selaku mahasiswi Chiba University yang pertama kali berkenalan dan menjadi teman dekat saya sampai saat ini, serta Mana, selaku teman dari Chiba University yang ikut mengantarkan melihat berbagai tempat di Chiba.