Memperingati kemerdekaan Republik Indonesia ke-73, enam mahasiswa Universitas Gadjah Mada berhasil mengibarkan bendera merah putih sebagai tim mahasiswa pertama dari Indonesia dan Asia Tenggara yang melakukan ekspedisi penelusuran gua di Pegunungan Tien-Shan, Kyrgyzstan. Kegiatan ini dilaksanakan sejak tanggal 2 – 16 Juli 2018 lalu, di Karatal-Japyryk State Nature Reserve Area, Naryn, Kyrgyzstan. Ekspedisi penelusuran gua ini bertujuan untuk mengungkap proses pembentukan gua-gua di Kawasan Karst Moldo-Too, yang berada pada ketinggian lebih dari 2.500 mdpl dengan curah hujan kurang dari 360 mm per tahun yang jauh berbeda dengan kawasan karst di tanah air.
Selama sepuluh hari efektif berkegiatan, tim melakukan ground-check untuk membuktikan hasil interpretasi mulut gua yang telah ditentukan berdasarkan data kartografi dan penginderaan jauh. Kemudian tim juga melakukan uji kandungan air secara in-situ di sejumlah titik mata air, serta melakukan pengukuran stratigrafi untuk memperoleh gambaran kondisi perlapisan pada batuan sedimen yang ada di wilayah kajian. Secara keseluruhan tim berhasil menemukan sebelas mulut gua, dan sembilan diantaranya berhasil dipetakan.
Berdasarkan temuan yang didapat oleh tim selama di lapangan, pembentukan gua di Kawasan Karst Moldo-Too diduga terpengaruh oleh adanya aktivitas hidrotermal yang ada di sekitar area kajian penelitian. Aktivitas hidrotermal ini memungkinkan terjadinya pelarutan batu karbonat pada struktur/rekahan batuan hingga kemudian membentuk sebuah gua. Saat ini tim masih melakukan proses analisis data lebih lanjut untuk membuktikan temuan yang didapat di lapangan.
Disamping penelitian dalam bidang speleologi, ekspedisi ini juga mengangkat penelitian di bidang psikologi. “Penelitian psikologi terkait speleologi belum pernah kami temui di indonesia, ini merupakan salah satu kolaborasi yang manarik untuk diulas secara mendalam mengingat penelusuran gua merupakan kegiatan ekstrim yang hanya diminati oleh segelintir masyarakat, apalagi kegiatan ini merupakan kegiatan perdana bagi speleolog Indonesia di kancah Asia yang pastinya memiliki pengaruh psikologis tersendiri bagi para ekspeditor,” tutur Dita Marfuah Sufiatun selaku peneliti.
Selama pelaksanaan ekspedisi, tim bekerjasama dengan pihak Foundation for the Preservation and Exploration of Caves (FPEC) of Kyrgyzstan. Tim juga didampingi secara langsung oleh Dr. Alexey Dudashvili selaku direktur dari FPEC. Besar harapan, langkah kecil yang dilakukan oleh tim ekspedisi speleologi UGM ini mampu membuka relasi dan peluang kerjasama yang lebih luas antara negara Indonesia dengan Kyrgyzstan di masa depan, khususnya dalam pertukaran keilmuan dan wawasan.
Berbagai hasil penelitian, dokumentasi, dan cerita perjalanan yang diperoleh tim nantinya akan dipresentasikan secara lengkap pada acara seminar hasil kegiatan yang akan dilaksanakan pada bulan Desember 2018 – Januari 2019 mendatang.
Dimas Irham dan Rakhmat Dwi Putra