Bencana dan krisis adalah permasalahan yang sering dialami di Megacity di berbagai dunia termasuk di Jakarta. Kondisi tersebut diperparah dengan peningkatan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, proses urbanisasi yang demikian cepat tanpa adanya perencanaan yang baik serta penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan daya dukungnya. Permasalahan tersebut akan menjadi permasalahan sosial jika tidak segera ditanggulangi, sehingga koordinasi dan sharing best practise yang baik antar pemangku kepentingan dalam mengurangi risiko yang ditimbulkan sangat dibutuhkan. Terkait dengan permasalahan tersebut, Fakultas Geografi UGM, BPPT dan Universitas Koeln Jerman mengadakan workshop pada 7 Februari 2011 dengan tema “Risk, Crisis Prevention and Disaster Management in Megacities” yang bertempat di Kantor BPPT, Jl. MH Thamrin 8, Jakarta. Tujuan workshop tersebut adalah untuk membangun dan sharing konsep dan pengetahuan praktis terkait dengan manajemen krisis dan bencana serta memformulasikan langkah-langkah konkret yang harus dilakukan di masa mendatang.
Dalam sambutannya, Kepala Bidang Teknologi Mitigasi Bencana, Drs. Bambang Marwanta, M.T., mengutarakan bahwa sudah saatnya megacity seperti Jakarta secara terpadu melakukan kajian penilaian risiko dan manajemen krisis dan bencana dengan mempertimbangkan tidak hanya potensi ancaman bahaya alam, namun juga bahaya akibat kegagalan teknologi dan perbuatan manusia. Gerrit Peters dari Univ of Cologne Germany memaparkan beberapa pengalaman riset yang dilakukannya terkait dengan kemampuan masyarakat Jakarta dalam melakukan adaptasi dan strategi pengurangan risiko bencana banjir. Dengan metode participatory urban appraisal, Gerrit Peters dan tim dari program S2 MPPDAS UGM langsung terjun ketengah masyarakat di kawasan Muara Angke, Kampung Melayu dan Penjaringan selama 2 bulan untuk mendapatkan data-data terkait dengan kemampuan masyarakat untuk melakukan adaptasi dan strategi pengurangan risiko bencana. Direktur Lingkungan Hidup dari CIDES (Center Indonesia for Development and Studies), M. Rudi Wahyono menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam penanganan kebencanaan. Dalam workshop tersebut, MER-C memberikan sharing pengalaman terkait dengan kegiatan kemanusiaan dan krisis sosial yang dilakukan oleh lembaga ini. Dr. Muh Aris Marfai dari program S2 Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) memaparkan pentingnya strategi adaptasi terhadap perubahan iklim terutama untuk kota pesisir dan megacity seperti Jakarta. Multi-use purposes kawasan pesisir dengan kompleksitas permasalahannya secara signifikan mempengaruhi tingkat vulnerability dari kawasan ini terhadap perubahan iklim global. Dengan meningkatnya kejadian banjir rob, banjir sungai dan cuaca ekstrim maka diperlukan rencana aksi untuk mengurangi risiko bencana yang dapat diformulasikan secara bersama antara pemerintah dan masyarakat. Bapak Yus Budiyono, M.Sc. dari BPPT, yang juga mahasiswa program doktor di Vrije Univ Amsterdam, memaparkan pengembangan dan pemanfaatan teknologi untuk early warning system sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko bencana
Workshop tersebut merupakan salah satu wujud komitmen Fakultas Geografi UGM dalam mewujudkan program World Class Research University dalam hal pendidikan dan riset. Workshop tersebut juga merupakan bagian dari kegiatan Riset kerjasama Fakultas Geografi UGM dan University of Koeln tentang potensi bencana dan permasalahan di Megacity dengan studi Kasus Jakarta. Penelitian tersebut didukung oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan Nasional dan BPPT.